Sumitro Tegela

BULAWAN adalah emas dalam Bahasa mongondow telah lama di kenal dalam sejarah budaya Bolmong raya,bahkan telah mengisi berbagai macam laporan pendapatan emas masa portugis,spanyol bahkan VOC dan Belanda salah satu contoh kerajaan belanda dalam laporan tahunannya pada tanggal 20 November 1897 menerima keuntungan F 1.200.000 gulden emas kerajaan Bolaang mongondow, 1 gulden seberat 3,646 gram.

Emas dalam budaya mongondow biasanya di gali “pantongon” dan juga mongayang atau di dulang, dalam tradisi kuno mongondow emas di cari biasanya juga menggunakan ritual,tomanukan bo silonan di mana dalam budaya kuno mongondow mengenal bahwa emas itu hidup dalam tanah dan dapat berpindah pindah tempat serta memiliki penjaganya,makanya proses ritual adalah bentuk penghormatan atau permisi bagi penjaganya agar dalam tahap eksploitasi tidak mendapat halangan.

Tahap ekspolitasi dalam budaya kuno mongondow juga mengenal tanda tanda alam dan fikiran tapi biasanya tanda tanda alama adalah suara burung adalah “biag Bulawan” burung emas ini biasanya sering menempati wilayah wilayah yg memiliki kandungan emas,setelah mendapati tanda tanda alam tersebut jika berada di lokasi hutan rimba maka proses selanjutnya adalah siugan di mana tempat atau lokasi yg di curigai memiliki emas di buat tempat untuk tidur setelah proses ritual awal insingongan dan silonan di lakukan biasanya tidur atau beristirahat di lokasi tersebut.maka “Kinotogoinopan” atau mimpi juga di jadikan patokan dan keyakinan untuk melakukan eksploitasi salah satu contoh misalnya mimpi mencabut ubi jalar, melihat atau memetik buah buahan berwarna kuning.menjadi patokan awal ekspolitasi.

Dalam proses ekspolitasi pembuatan lubang masuk “underground” di lakukan dengan memperhatikan kondisi tanah jika labil maka wajib di pasangi kayu “Tomudu” sebagai pelindung agar tidak mudah longsor.

Pada proses pencarian emas biasanya juga memperhatikan tanda atau “Nat” nat adalah seperti garis2 kecil dan besar dalam tanah yg berwarna putih,hitam yg biasanya menjadi petunjuk awal, “Nat” atau garis garis ini di teliti dengan menggunakan “Tibean” atau tempurung hitam guna melihat kandungan emas, jika ada kandungan emas dalam Nat meskipun halus maka biasanya Nat tersebut wajib di ikuti, krn pasti Nat akan menuju pusat kandungan emas yg di kenal Rep atau “ore Gold”

Emas untuk Kesejahteraan dan Pembangunan

Sejarah kelam di masa lalu masa Belanda adalah Belanda mendirikan pusat pemerintahannya di manado di benteng Forth Nieuw Amsterdam Manado,kerajaan Belanda melakukan hubungan kerjasama dengan kerajaan Bolaang Mongondow sebagai sekutu bersama bukan sebagai wilayah taklukan bukan pula daerah Rampasan namun politik Monopoli Belanda yg sangat merugikan. investasi Kelapa sepanjang Sisi utara dari Poigar sampai Bintauna.juga di sisi selatan di sisi timur kerajaan Bolaang mongondow adalah investasi perusahan tambang emas,mintu,goropahi lanud dan perkebunan kopi.Kerajaan Bolaang Mongondow tidak pernah di bangun secara semestinya di semenanjung utara sulawesi oleh kerajaan Belanda.

Pengiriman emas kerajaan Bolaang mongondow ke Amsterdam Belanda yg tercatat pada tanggal 22 november 1897 adalah f.1.200.000 gulden.dan 15 Agustus 1905 F 300.000 Gulden jika satu keping gulden beratnya 3,646 gram, ada berapa banyak total keseluruhan, itupun laporan yg masih tersimpan di luar laporan yg sudah hilang atau rusak jika ekspolitasi emas Kerajaan Bolaang Mongondow sejak masa VOc di abad ke 17 di pastikan ada ribuan Ton emas BmR mengalir ke eropa.!

Pada akhirnya kerajaan yang Rakus itupula mendapat karmanya terdepak keluar dari peradaban Nusantara.pulang ke negerinya meninggalkan gugusan pulau pulau terkaya dunia.juga meninggalkan tanah Totabuan Bolaang Mongondow Raya.

Oleh yang Maha Kuasa Allah SWT, Peradaban Baru Akhirnya Muncul, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana Pribumi bisa bebas di negerinya sendiri,menikmati tanah kaya hasil temuan para leluhurnya.Di Negara Kerajaan Federal Bolaang Mongondow oleh penyatuan para Raja Raja Bolmong Raya Bolaang, Kaidipang Besar, Bintauna dan Bolaang uki di Tahun 1932 menjadi Kerajaan Bolaang Mongondow Negara Kesatuan Republik Indonesia telah Final Bahwa Para Raja Melepaskan Statusnya di tahun 1950 dan Yakin dengan seyakin yakinnya bahwa pemerintah Republik Indonesia dapat menciptakan keadilan, kesejahteraan di negeri para Raja tanah Totabuan Bolaang Mongondow Raya, maka di tetapkanlah wilayah Swapraja Bolaang Mongondow menjadi Dati 2 Bolaang Mongondow,ada catatan penting bahwa dahulu Eks Swapraja di mintakan sang Raja Henry cornelis manoppo untuk di jadikan provinsi sendiri namun krn kondisi NKRI yang saat itu dalam proses pemulihan krn masih sering terjadi konflik maka di tunjuklah saudara kandungnya Hasan Datu Manoppo menjadi Gubernur Sulutteng yang pertama oleh pendiri bangsa presiden Ir. Soekarno.

Kini setelah 74 tahun Indonesia yg didalamnya ada eks swapraja Bolaang mongondow terus berbenah, pembangunan terus di laksanakan maka di masa Bupati dati 2 Bolaang mongondow Dra.Hj Marlina Moha siahaan Sugeha kembali melanjutkan pesan para Raja dengan memekarkan Kabupaten dati 2 Bolaang Mongondow “Bolmong, Kotamobagu, Boltim, Bolmut, Bolsel” untuk menjadi wilayah yang mandiri berdikari layaknya dlam perjalanan Histori menjadi Provinsi Bolaang mongondow Raya karena memang Tanah Totabuan di dukung oleh sumberdaya Alam yang kaya raya. Totabuan adalah pusat sumberdaya alamnya Semenanjung utara sulawesi.

Memang secara Histori Bolmong Raya berbeda dengan wilayah Minahasa Teritori minahasa dan Bolaang mongondow raya berbeda secara budaya dan adat Istiadat, baik secara pemerintahan dan politik di masa lalu sebelum NKRI juga berbeda. Bolaang Mongondow Raya adalah wilayah pemerintahan kerajaan.

Menilik lebih jauh dalam pembangunan provinsi sulawesi utara memang ada sedikit perbedaan di mana pembagian Alokasi Dana umum pusat ke wilayah Bolaang Mogondow Raya berbeda dengan daerah lainya tetapi dari sisi luas teritori Bolaang mongondow Raya adalah 54,5 % dari total luas sulawesi utara, salah satu Contoh dana Alokasi umum DAU prov sulut tahun 2019.untuk wilayah Bolmong Raya mendapat :

Bolaang Mongondow Raya

Kab.Bolmong Rp 571.745.598
Kotamobagu Rp 394.359.709
Kab.Bolmong Timur Rp 357.676.719
Kab.Bolmong Selatan Rp 361.695.058
Kab.Bolmong Utara Rp 392.862.066

Total : Rp 2.078.339.150

 

Minahasa Bersatu

Kab.Minahasa Rp 688.302.010
Kab.Minahasa Utara Rp 519.367.219
Kab.Minahasa selatan Rp 542.893.540
Kab.Minahasa Tenggara Rp.424.843.240
Kota Tomohon : 436.893.420
Kota Bitung : Rp 515.696.268
Kota Manado : Rp 777.792.468

Total : 3.905.788.165

Memang perbedaan signifikan ada pada jumlah penduduk di minahasa raya lebih padat dari pada wilayah Bolmong Raya.sehingga mungkin pembangunan dan kucuran dana lebih pada memperhatikan jumlah penduduk perwilayah di sulawesi utara.

Perbedaan yang paling mendasar pula ada pada Sumberdaya Manusia wilayah minahasa raya sekolah telah ada sejak masa hindia belanda.di manado tahun 1700an sekolah VOC sudah mulai aktif meskipun baru sebatas kaum bangsawan Raja Raja sulawesi yang mengikuti pendidikan nanti tahun 1800an sekolah Belanda mulai aktif di segenap masyarakat yang ada di minahasa, di wilayah kerajaan Bolaang Mongondow sekolah Belanda mulai aktif nanti di tahun 1905.sehingga memang tidak bisa di pungkiri bahwa minahasa raya lebih uggul dalam bidang sumberdaya Manusianya.

Sampai dengan periode abad ke 21 saat ini universitas2 terkemuka sulawesi utara juga hanya berpusat di minahasa dan manado.di pusat Bolmong Raya yaitu di kotamobagu pendidikan belum sebaik yang ada di wilayah lainya di sulawesi utara.sehingga masyarakat Bolmong Raya saat ini lebih memilih daerah lain yaitu Makasar,Jogja,jakarta,manado dan Tondano.

Bolaang mongondow Raya yang saat ini mekar tujuan utamanya adalah mengejar ketertinggalan baik pembangunan dan sumberdaya manusianya,di harapkan dengan menjadi Provinsi sendiri yaitu Provinsi Bolaang Mongondow Raya,maka Bolaang Mongondow Raya secara Historis dapat maju berkembang dengan pesat layaknya daerah lainya di indonesia.

Provinsi Bolaang Mongondow Raya yang menjadi cita cita luhur masyarakat Bolaang mongondow Raya bukan oleh karena ego sukuisme tetapi lebih dari mengejar ketertinggalan pembangunan dan sumberdaya manusia yang berkualitas, adil, makmur sejahtera.

Jika melihat dari sisi sukuisme tak adil krn di wilayah eks Swapraja Bolaang mongondow Raya Juga ada suku minahasa, sangihe, bali, jawa, batak dll. Tapi Pribumi eks Swapraja Bolaang Mongondow Raya juga harus mendapat tempat yang layak dan Adil dalam pemerataan pembangunan Indonesia.

Bolaang Mongondow Raya yang saat ini menjadi pusat sumberdaya alamnya sulawesi utara.juga mampu memberi sumbangsih penuh atas pendapatan negara di bidang mineral emas contoh newmont minahasa raya yang dahulu sebagian wilayah eksplorasinya masuk wilayah bolmong, Avoced Mining dan saat ini ada JRBM dan perusahaan cement Conch North sulawesi yang beroperasi di wilayah Kab.Bolmong.

Dalam Laporannya Tahunan perusahaan Tambang J resources Bakan Bolaaang mongondow (JRBM) pada kuartal ke 3 mendapat keuntungan pendapatan USD 153,9Juta,di sembilan bulan pertama 2018 atau sekitar 2,1 Trilyun Rupiah (merdeka.com) produksi emas bakan di mulai sejak tahun 2014. Belum lagi perusahaan semen Conch yang mendapatkan cadangan sumberdaya yang banyak saat ini sudah mulai produksi.

Belum lagi di bidang perikanan,Bolaang Mongondow Raya memiliki garis pantai terpanjang sulawesi utara yg juga kaya akan pasir besi, sentra penghasil berasnya sulawesi utara, pusat penghasil Kopra dan cengkeh dll.

Jika memang moratorium sebagai kebijakan pusat krn terkendala anggaran.alangkah baiknya wilayah wilayah yang meminta pemekaran harus di lihat dari aspek histori dan kekayaan alamnya. Maka BMR paling siap oleh faktor kekayaan Alamnya, agar tidak membebani pemerintah pusat.

Bolaang Mongondow Raya Jika menjadi Provinsi dengan Dana langsung dari Jakarta di pastikan dapat menjadikan daerah ini sebagai daerah yang cepat dapat mengejar ketertinggalannnya cukup dengan hanya modal titipan kekayaan sumberdaya alam titipan leluhur dan para Raja raja Totabuan Bolaaang Mongondow Raya.

Melihat faktor Historis Masyarakat Bolaang Mongondow Raya menuntut pemekaran bukan karena ego sektoral semata,tapi faktanya memang daerah Kaya namun sulit menikmatinya…!

WallahuAlam Bissawab..!

 

Catatan: Sumitro Tegela

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini