Gerabah yang masih menjadi paluang bisnis

KOTAMOBAGU – Meski digerus zaman, namun usaha pembuatan gerabah masih terus dilakoni Megawati Nading (59), warga Kelurahan Molinow Kecamatan Kotamobagu Barat.

Ditemui dikediamannya, beberapa waktu lalu, Megawati mengaku sudah menggeluti usaha ini selama 16 tahun. Dimana keahlian ini didapatkannya dari sang ibu yang juga salah satu perintis kerajinan gerabah pada masa itu.

“Ada beberapa jenis kerajinan yang kami produksi, diantaranya pot bunga, tampah sagu dan lain-lain. Untuk sehari saya bisa membuat 5 hingga 10 buah gerabah, itu dibuat sesuai pesanan dari pelanggan, biasanya dimasukan lagi ke pasar-pasar yang ada di Kotamobagu,” ujar mama Pandi sapaan akrabnya.

Dikatakannya, pembuatan gerabah masih secara manual. Namun, produknya terbilang cukup baik dan rapi. Adapun bahan baku seperti tanah liat yang dia ambil dari perkebunan setempat dan memiliki kualitas yang baik.

“Kalau tidak baik tanah liatnya pasti gerabahnya juga tidak baik. Jadi biasanya dibentuk terlebih dahulu kemudian di jemur kurang lebih 2 hari, setelah kering lalu dibakar menggunakan sabut kelapa dan bambu agar masaknya lebih baik dan kuat,” tuturnya.

Meski hasil jual gerabah tidak begitu banyak, namun Ia bersyukur setidaknya bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Dirinya juga berharap, pemerintah dapat memperhatikan usahanya dengan memberikan bantuan agar produksinya lebih banyak dan bisa berkembang.

“Kalau ada pesanan paling banyak dalam satu minggu itu Rp 300 ribu. Yah Alhamdulillah bisa mencukupi kebutuhan kami keluarga. Pun selama ini pembuatannya masih secara manual, saya masih menggunakan tangan dalam membuat gerabah ini. Olehnya, saya berharap pemerintah dapat memberikan batuan berupa alat pembuat gerabah agar produksinya lebih banyak dan usaha kerajinan ini bisa berkembang luas.” pungkasnya. (mg1)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini