Leukosit Tosis
Tim RSUD Kotamobagu saat memberikan keterangan soal hasil pemeriksaan laboratorium pasien Helmi Maskatie.

Helmi Kena Leukosit Tosis, Ini Penjelasannya

 

ZONATOTABUAN.CO – Para penerima vaksin COVID-19 dianjurkan menunggu selama 30 menit usai divaksin.

Hal ini untuk memantau dan memastikan tidak ada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), karena sebagian besar (KIPI) terjadi dalam rentang waktu 30 menit. Dan prosedur ini berlaku untuk setiap vaksin, bukan saja vaksin COVID-19.

KIPI bisa terjadi dengan menimbulkan beragam gejala yakni sifatnya lokal semisal nyeri bekas suntikan, bengkak di lokasi suntikan dan kemerahan pada bekas suntikan, atau sistemik seperti demam dan sakit kepala.

Seperti disampaikan, Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan Medik UPTD RSUD Kotamobagu, dr Lusiana Mercy Maramis, bahwa saat melakukan kegiatan vaksinasi ada juknis atau tahapannya yakni pendataan, kemudian skrining, penyuntikan, dan observasi.

Skrining yang dilakukan oleh dokter yang bertugas mulai dari pengukuran suhu tubuh, tensi, sampai wawancara dengan peserta vaksin sesuai juknis Kementerian Kesehatan. Jika ada riwayat penyakit gula dan lainnya, otomatis tidak bisa.

“Jika memenuhi persyaratan, maka dilanjutkan pada penyuntikan. Usai disuntik, akan observasi selama 30 menit,” ujarnya.

Bahkan, dr Lusiana Mercy Maramis yang juga Ketua Tim Vaksinasi RSUD Kotamobagu menjelaskan, observasi tak hanya sampai disitu, akan terus dilakukan kepada pihak yang telah disuntik vaksin Covid-19.

“Dimana dalam kartu vaksin tercantum nomor telepon untuk melakukan konsultasi ketika ada keluhan usai divaksin Covid-19. Langkah itu, untuk mengantisipasi adanya reaksi dari peserta vaksin Corona Vac buatan pabrik Sinovac yakni demam, mual atau muntah, atau nyeri pada daerah suntikan dan biasanya tidak muncul 30 menit setelah divaksin. Biasanya muncul satu atau dua hari,” jelasnya.

Sedangkan soal kejadian bengkak kaki yang terjadi kepada salah satu peserta vaksinasi Covid-19 ASN Pemkot Kotamobagu Helmi Maskatie, yang diketahui ikut vaksinasi pada Selasa (16/3/2021), dr Lusiana Mercy Maramis menuturkan, awal kedatangan soal keluhan bengkak kaki pada Sabtu (27/3/2021) dan sudah memberikan perawatan sekaligus pengobatan. Namun kembali lagi Selasa (30/3/2021) kemarin, kemudian tim langsung menanganinya.

“Kami periksa karena diinfokan ada keluhan asam urat. Namun keluhan pasien harus dipastikan lewat pemeriksaan penunjang di laboratorium, dan hasilnya ternyata asam urat normal. Justru yang up normal atau diatas normal adalah kadar leukosit tinggi atau istilahnya leukosit tosis yang menunjukkan adanya infeksi bakteri,” katanya.

Jadi penyebabnya bakteri dan bukan karena vaksinasi. Sedangkan vaksinasi yang dilakukan untuk virus. Dan vaksin Covid-19 pabrikan Sinovac adalah virus yang dilemahkan.

“Setelah laboratorium keluar. Bisa dipastikan untuk saat ini tidak ada hubungan dengan pelaksanaan vaksinasi dengan keluhan atau penyakit yang dikeluhkan oleh Pak Helmi,” ungkapnya.

Adapun penyakit leukosit tosis umunya sering dialami masyarakat. Meski begitu, RSUD Kotamobagu tetap melakukan perawatan terhadap Helmi Maskatie dengan pemberian obat sesuai penyakitnya radang yang disebabkan bakteri.

“Obat yang diberikan anti biotik dan anti nyeri dengan harapan kesembuhan pasien yang membuat bengkak kaki akibat bakteri,” tambahnya.

Adapun pertemuan itu, dihadiri langsung Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kotamobagu Moch. Fahri Damopolii, Kabid Pelayanan Promosi dan Sumberdaya Kesehatan Dinkes Kotamobagu Taufan Simbala, Kabag Umum RSUD Kotamobagu Hendri Kolopita, serta puluhan media online dan cetak. (Murianto)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini