Krisno Paeng
Krisno Paeng saat menyelesaikan produk sapu ijuk tradisional.

ZONATOTABUAN.CO – Pohon Aren tumbuh subur di dataran tinggi wilayah Desa Sia‘, Kecamatan Kotamobagu Utara. Masyarakat sekitar pun tidak menyia-nyiakannya dengan mengembangkan serabut Pohon Aren menjadi sebuah produk yang berharga.

Selain airnya yang dimanfaatkan untuk membuat gula merah. Masyarakat sekitar lebih banyak memanfaatkan tumbuhan Pohon Aren membuat sapu ijuk tradisional.

Seperti dilakukan, Krisno Paeng (23), yang merupakan anak dari pengrajin sapu ijuk tradisional, Baat Paeng (52).

Krisno katakan, setiap hari bisa memproduksi sapu ijuk 50 sampai 70 bahkan 100 sapu ijuk.

Ia pun katakan hasil kerajinan sapu ijuk sebagian besar dikirim ke pasar-pasar Kotamobagu.

“Ada juga ke luar kota misalnya Tompaso, Mamalia, dan daerah tetangga lainnya,” ujar Krisno.

Ia mengakui soal kualitas sapu ijuk tak diragukan lagi. Karena meski sudah banyak sapu modern yang bertebaran, namun warga masih memilih sapu ijuk tradisional. Dengan begitu, sebagai pengrajin sapu ijuk tradisional bisa bertahan.

“Bersyukur banyak warga tetap bertahan dengan sapu ijuk tradisional,” tuturnya.

Soal harga, Krisno katakan, masih terjangkau bagi kalangan masyarakat pada umumnya mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 7000 per unit sapu ijuk.

“Kalau harga ecerannya itu Rp7000, tapi kalau di borong harganya Rp5000. Untuk keuntungannya bisa sampai empat ratus ribu dalam sekali penjualan,” Krisno Paeng. (Murianto)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini