REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Jatuhnya pesawat Ethiopia Airlines dengan nomor penerbangan ET 302 pada Ahad (11/3) membuat pabrik pesawat Boeing kembali dipertanyakan. Pesawat Boeing 737 Max 8 adalah tipe pesawat yang sama dengan Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 rute Jakarta-Pangkalpinang yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018.
Kedua kecelakaan tersebut hampir mirip. Saat insiden, pesawat masih baru dan cuaca cukup baik. Tapi ada yang salah dan pilot kedua pesawat itu berusaha kembali ke bandara tempat mereka lepas landas, tapi mereka tidak pernah berhasil.
berapa pakar keselamatan memperingatkan untuk tidak terlalu cepat menarik garis pararel kedua kecelakaan tersebut. Profesor keselamatan penerbangan dari Embry-Riddle Aeronautical University, William Waldock mengatakan munculnya kecurigaan adanya masalah keselamatan di Boeing 737 Max 8 karena pesawat Ethiopian Airlines dan Lion Air sama-sama menukik dengan tajam.
“Para penyidik bukan orang yang percaya pada kebetulan,” kata Waldock, Senin (11/3).
Waldock mengatakan Boeing akan lebih ketat mengawasi sistem manajemen penerbangan otomatis di 737 Max 8. Tapi ia juga mencatat akan lebih jelas dan para penyelidik baru akan mengetahui penyebab jatuhnya pesawat setelah menganalisis kotak hitam pesawat Ethiopian Airlines.
Mantan penyidik Dewan Keselamatan Transportasi Amerika Serikat (AS) Alan Diehl mengatakan kedua kecelakaan tersebut mirip, termasuk masalah yang muncul tak lama setelah lepas landas. Ada laporan kecepatan yang tiba-tiba melonjak ketika pesawat naik.
“Jelas menunjukkan ada potensi masalah kemudi di pesawat Ethiopian,” kata Diehl.
Tapi, lanjut Diehl, ada banyak penjelasan yang memungkinkan, termasuk masalah mesin, kesalahan pilot, berat muatan, sabotase atau burung. Dia mengatakan Ethiopian Airlines memiliki reputasi yang bagus tapi para penyidik akan tetap menyediki bagaimana maskapai itu merawat pesawat mereka, terutama setelah hal itu menjadi isu di kecelakaan Lion Air.
Tapi CEO Ethiopian Airlines mengatakan, sebelum berangkat pesawat tidak menunjukkan masalah. Pendiri Aviation Safety Network yang memberikan informasi tentang kecelakaan pesawat di seluruh dunia, Hararo Renter, mengatakan hal ini membuat kecelakaan Ethiopian Airlines sulit dihubungkan dengan kecelakaan Lion Air.
“Saya berharap orang-orang menunggu hasil penyelidikan dibandingkan langsung lompat ke kesimpulan berdasarkan fakta yang sangat sedikit sejauh ini,” kata Hararo.
Perwakilan Boeing tidak segera menanggapi komentar tentang hal ini. Perusahaan asal AS tersebut hanya mengungkapkan belasungkawa atas kecelakaan yang terjadi. Perusahaan yang bermarkas di Chicago itu juga berjanji menyediakan tim teknisi untuk membantu Ethiopian Airlines dan penyidik AS.
Juru bicara Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) AS mengatakan organisasinya mengirimkan empat orang penyidik untuk membantu otoritas Etiopia. Boeing dan penyidik AS juga dilibatkan dalam penyelidikan jatuhnya pesawat Lion Air.
Hingga saat ini Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum mengumumkan penyebab pasti jatuhnya Lion Air tersebut. Tapi mereka memperkirakan ada kemungkinan kegagalan dalam membaca sensor yang memicu hidung pesawat menukik tajam secara otomatis. Pilot Lion Air gagal mengatasi hal tersebut.
Sistem otomatis akan mulai bekerja jika sensor mengindikasi pesawat kehilangan daya angkatnya, atau ketika pesawat mengalami stall. Pesawat secara otomatis menambah kecepatan menukik untuk mencegah stall.
Dalam catatan penerbangan atau flight data recorder Lion Air ada masalah dengan indikator kecepatan di empat penerbangan. Tapi maskapai itu mengatakan masalah tersebut sudah diatasi.
Beberapa hari setelah kecelakaan 29 Oktober Boeing mengirim notifikasi kepada Lion Air yang menyatakan kesalahan informasi kepada sensor dapat menyebabkan pesawat menukik dengan otomatis. Notifikasi ini untuk mengingatkan para pilot prosedur untuk mengatasi situasi semacam itu, yang mana dapat mematikan sistem yang menyebabkan pesawat menukik.
Pilot-pilot di beberapa maskapai termasuk American Airlines dan Southwest Airlines protes karena mereka tidak sepenuhnya diberitahu tentang sistem baru tersebut.
Sumber: AP