KOTAMOBAGU – Jajanan kue putu bambu mulai sulit ditemukan. Kue tradisional ini biasanya dijual secara berkeliling dengan pikulan atau menggunakan sepeda.
Baru-baru ini, ada salah satu warga yang berjualan kue putu di wilayah Kota Kotamobagu.
Namanya Harianto, pria asli Brebes, Jawa Tengah, sudah sebulan berjualan kue putu bambu di wilayah Kota Kotamobahu, dengan mengayu sepeda ontel miliknya. Dia berkeliling dari kampung ke kampung menggunakan sepeda.
Harianto katakan pertama kali datang pada 2013. Awalnya hanya berjualan siomai, namun belum cukup memenuhi kebutuhan keluarga dan akhirnya kembali ke tanah kelahirannya sekitar tahun 2015.
Kemudian mencoba menjadi sopir angkot beberapa tahun dan masih mendapat hambatan. Akhirnya memilih untuk mengadu nasib kembali di Kota Kotamobagu pada 2020. “Saya balik lagi ke Kotamobagu baru satu bulan lebih. Namun tak lagi sebagai penjual siomai, dan sudah beralih ke makanan khas jawa yakni kue putu bambu,” ujar Anto, panggilan akrabnya.
Ia menuturkan selama sebulan lebih berjualan kue putu cukup mendapatkan hasil untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “Alhamdulillah, ketika pertama kali berjualan kue putu bambu hasilnya bisa langsung dirasakan,” tuturnya.
Harianto yang memilih tempat tinggal di kos-kosan Lorong Kembang, Kelurahan Gogagoman, mengungkapkan keuntungan bersih bisa mencapai Rp100.000, Rp150.000 bahkan Rp200.000 per harinya. Adapun bahan dasar pembuatan kua putu hanya kelapa parut, beras, gula aren, dan pandan. “Per biji kue putu dijual 1.000 rupiah. Sedangkan setiap hari penjualan kue putu bambu bisa mencapai 350 biji sampai 400 biji. Sementara modal untuk membelo bahannya sampai 150 ribu hingga 200 ribu,” katanya.
Ia menambahkan kendala menjual kua putu keliling dengan menggunakan sepeda pada saat hujan. “Jika hujan takutnya bahan yang telah diolah dan siap dimasak dengan uap air akan rusak. Makanya harus menunggu hujan redah, kemudian lanjut keliling berjualan kue putu,” tambahnya. (mg1)