Oleh: DOMINICUS HUSADA
MINGGU ini datang berita tidak nyaman dari Eropa dan Amerika Latin. Jumlah kasus Covid-19 meningkat kembali secara bermakna. Dari Amerika Latin boleh dikata seluruh negara mencatat peningkatan kasus. Brasil kembali menjadi wilayah yang paling parah dengan sekitar 100 ribu kasus baru per hari.
Di Eropa, Italia menjadi salah satu negara terberat dan sudah memutuskan melakukan lockdown wilayah lagi. Italia tidak terlalu terdampak sekitar dua bulan lalu ketika dunia mengalami kebangkitan kembali Covid-19. Namun, di periode awal pandemi, inilah salah satu negara dengan kondisi terparah di dunia.
Saat kasus menurun dalam beberapa minggu terakhir, dunia menyambut gembira sekaligus waswas. Gembira karena kasus berkurang. Waswas karena jika naik kembali, pukulannya bisa mematikan.
Mengapa kenaikan kasus Covid-19 berikutnya bisa sangat mematikan? Pertama, pengalaman dengan beberapa pandemi sebelumnya. Jarang mereka menghajar total di serangan pertama. Jangan lupa, flu Spanyol memberi pukulan mematikan pada gelombang kedua. Para ahli pun tidak sepenuhnya mengerti mengapa kasus bisa tiba-tiba menurun dan meningkat sekalipun saat ini pengetahuan sudah lebih maju.
Beberapa faktor penunjang bergabung menjadi satu dan jelas tidak ada penyebab tunggal. Kita tahu, beberapa bulan lalu, Amerika Serikat, India, Rusia, dan Brasil terkena dalam skala besar. Negara lain pun, termasuk Indonesia, terdampak secara signifikan.
Kedua, sebagian orang sudah divaksin. Jika kasus tetap meningkat ketika sebagian orang sudah divaksin, jelas ada persoalan serius. Saat ini kita menyadari bahwa vaksin sangat berhasil mencegah ”penyakit”, terutama yang serius, namun tidak sepenuhnya bisa menghentikan transmisi. Saat ini juga kita telah memiliki data betapa semua vaksin kehilangan kekuatan menghadapi mutan dalam berbagai tingkatan.
Vaksin mRNA kehilangan sekitar 20 persen potensi, namun masih bisa melindungi. Vaksin AstraZeneca memberi hasil beragam. Vaksin mati seperti CoronaVac, menurut peneliti Brasil, bisa tahan menghadapi para mutan. Namun, hal ini membutuhkan dukungan data yang lebih kuat. Di dunia nyata, bukan di uji klinis, seperti di Israel dan sebagian lokasi di AS, vaksin telah mengakibatkan penurunan kasus yang luar biasa. Ini bukti bahwa vaksin efektif.
Vaksin mRNA dan yang berbasis vektor virus menjadi vaksin yang terkuat dalam hal perlindungan sekalipun dibayangi beberapa kelemahan pula. Ugur Sahin, pemilik BioNTech, termasuk yang paling awal merespons mutan dengan melakukan pengujian sekaligus membuat vaksin versi baru. Temuannya membuktikan vaksin mRNA cukup tangguh sekalipun memang berpotensi berkurang. Vaksin baru yang dia buat tidak dimaksudkan untuk mengganti vaksinasi dasar, namun lebih ke arah vaksinasi ulangan.
Semua ahli vaksin saat ini, tampaknya, berkeyakinan bahwa perlindungan vaksin Covid-19 tidak akan seumur hidup. Berbeda dengan vaksin lain, basis mRNA memang hanya memerlukan waktu singkat, sekitar dua minggu, untuk melakukan perubahan vaksin yang drastis. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada platform lain.
Secara umum saat ini keyakinan akan potensi vaksin relatif stabil, tapi tidak mengendurkan kewaspadaan. Berita baik juga datang minggu ini pada penyintas yang mengalami ”long Covid”. Sedikitnya seperempat yang menerima vaksin setelah virus menghilang ternyata bisa ”sembuh” dari keluhan yang berkepanjangan. Ini hal menggembirakan yang tidak diduga sebelumnya.
Fakta menunjukkan bahwa kenaikan kasus kali ini terjadi di wilayah yang belum menerima vaksin dalam jumlah besar. Eropa Barat memang relatif terlambat melakukan vaksinasi karena persoalan administrasi, terutama dengan vaksin AstraZeneca. AS menjadi salah satu negara terdepan dan sudah memvaksin hampir sepertiga orang dewasa di sana. Pada lansia, cakupannya bahkan telah menembus 70 persen. AS telah memecahkan rekor dunia dan saat ini mampu melakukan imunisasi 3 juta orang per hari secara stabil.
Israel lebih maju lagi karena praktis seluruh warga yang memenuhi syarat telah menerima dua dosis vaksin. Memang penduduk di negara itu hanya 9 juta orang. Setelah vaksinasi massal, penurunan kasus di Israel mencapai lebih dari 90 persen. Angka yang luar biasa. Amerika Latin memulai vaksinasi relatif lebih dulu, namun memang dengan kecepatan beragam antarnegara. Brasil masih diwarnai isu politik kuat yang membuat program vaksinasi mengalami hambatan.
Ketiga, virus mutan saat ini memang menjadi musuh paling menakutkan. Varian Inggris yang telah mendominasi di wilayah Inggris dan sebagian Eropa jelas menunjukkan kemampuan transmisi yang luar biasa sekalipun mungkin tidak dalam urusan kematian. Di sebagian negara bagian AS seperti Florida, virus ini pun sangat dominan.
Sesungguhnya varian Inggris relatif lebih mudah diatasi dibandingkan varian Afrika Selatan dan Brasil. Dengan kata lain, dominasi varian Inggris saat ini belumlah menjadi puncak kekuasaan mutan.
Untung saja potensi mutasi virus SARS-CoV-2 hanya sepersepuluh virus influenza dan sepersekian ratus virus HIV. Untung juga, apa pun mutasinya, pencegahan dengan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, cuci tangan, jaga jarak, dan hindari kerumunan tetap efektif. Beberapa negara dengan cakupan imunisasi terbatas seperti Thailand dan Vietnam tetap minim kasus karena upaya pencegahan lain dilakukan dengan sangat baik.
Sebagai kesimpulan, saat ini sebagian besar ahli masih sangat percaya dengan kemampuan vaksin, namun sangat mewaspadai peningkatan kasus yang terjadi minggu ini. Potensi mematikan lebih dari kenaikan kasus sebelumnya bukan tidak mungkin terjadi.
Kemampuan virus mutan juga masih senantiasa dikaji dengan saksama dan berkesinambungan. Bagi kita tidak ada pilihan lain. Ayo jalankan terus protokol kesehatan. Ayo divaksin. (*)
(*)Dominicus Husada, Staf pengajar FK Unair/RSUD dr Soetomo Surabaya, anggota Tim Peneliti Vaksin Universitas Airlangga
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Dhimas Ginanjar/JawaPos.com