ZONATOTABUAN – Debat publik terbuka untuk putaran kedua yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kotamobagu, di Ballroom Hotel Sutanraja Kotamobagu, Sabtu, 2 November 2024, pasangan calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Nomor Urut 3 Nayodo Koerniawan dan Sri Tanti Angkara (NK-STA) lebih menguasai materi.

Hal ini terlihat NK-STA menjawab pertanyaan yang disiapkan panelis maupun kedua paslon baik nomor urut satu maupun dua.

Bahkan ketika kedua mampu menunjukkan kualitas penguasaan materi, langsung disambut para pendukung dan simpatisan NK-STA baik dalam ruangan maupun di sekitar Hotel Sutanraja Kotamobagu.

Sementara, di dalam ruang debat, Paslon NK-STA tampil dominan dari paslon lainnya. Selain kemampuan menjawab apa yang menjadi pertanyaan panelis, baik Nayodo Koerniawan atau pun Sri Tanti Angkara menguasai betul apa yang menjadi problematika di bidang perikanan, pariwisata, infrastruktur, kebudayaan, hingga pertanian.

Seluruh problematika ini pun terjawab juga dalam visi misi paslon NK-STA. Sehingga, sangat wajar Paslon yang kompak beratribut kemeja putih tersebut tampil apik.

Seperti halnya persoalan perikanan yang mampu diuraikan oleh Nayodo Koerniawan menjawab soal yang disediakan panelis.

“Kami akan mendorong sektor perikanan dengan tiga hal yang menjadi perhatian kami. Pertama, adalah pengadaan benih berkualitas, lahan yang produktif serta pakan yang terbaik. Ketiga hal ini akan kami dorong sehingga kontribusi dari bidang perikanan terhadap daerah dan juga kesejahteraan peternak ikan air tawar bisa terwujud,” pungkasnya.

Tak hanya itu, bahkan pertanyaan paslon nomor urut satu yang menyentil masyarakat adat yang merupakan bagian dari masyarakat Kotamobagu bisa mendapatkan haknya, walaupun mereka punya kebun di daerah lain?

Merespons dengan tenang namun tegas, Nayodo Koerniawan menolak anggapan bahwa hak masyarakat adat Kotamobagu harus terikat pada kepemilikan lahan di dalam wilayah kota.

“Tidak ada korelasi antara masyarakat adat dengan masyarakat yang memiliki perkebunan di daerah lain,” ujar Nayodo.

Ia menegaskan bahwa hak masyarakat adat tetap terjamin, terlepas dari lokasi lahan mereka. Penjelasan tersebut rupanya membuat Meiddy angkat topi, dan ia pun memperjelas bahwa semua warga Kotamobagu, termasuk masyarakat adat, berhak mendapat perhatian dan perlindungan.

Belum selesai di situ, debat semakin sengit ketika calon nomor urut dua, melontarkan pertanyaan tentang masa depan sektor peternakan di Kotamobagu, yang masih menghadapi tantangan besar.

Strategi apa yang akan diterapkan untuk mengembangkan sektor peternakan di Kotamobagu?”

Nayodo, yang tampaknya siap dengan jawaban matang, segera mengemukakan solusi nyata: memperbaiki sektor peternakan melalui peningkatan jumlah tenaga ahli. Saat ini, hanya ada satu dokter hewan di Kotamobagu, dan Nayodo berkomitmen untuk memperbaiki keadaan ini.

“Jika kami terpilih, Nayodo Koerniawan dan Sri Tanti Angkara (NK-STA) akan menyediakan beasiswa untuk calon dokter hewan serta program pelatihan bagi para peternak. Kami yakin bahwa upaya ini akan mendorong sektor peternakan Kotamobagu ke arah yang lebih maju,” ungkapnya.

Debat ini menegaskan bahwa Nayodo bukan hanya siap bertarung dalam Pilkada, tapi juga siap membawa perubahan konkret bagi kesejahteraan masyarakat.***

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini