ZONATOTABUAN – Warga Tionghoa Kota Kotamobagu akan menggelar festival cap go meh pada Sabtu, 24 Februari 2024. Hal ini setelah direstui usai tradisi permintaan petunjuk dari warga tionghoa di Klenteng Thian Shang Seng Mu Kung, Kelurahan Gogagoman, Kecamatan Kotamobagu Barat, pada Selasa, (13/02/2024) lalu.

Ketua Pemuda Klenteng Tian Shang Sheng Mu Kung David Budiman membenarkan kepastian pelaksanaan perayaan cap go meh okeh warga tionghoa di Kota Kotamobagu, setelah hasil dari tradisi meminta petunjuk yang dikenal dengan istilah Sio Poe, menunjukkan bahwa perayaan tersebut mendapat restu.

“Kami telah mendapat restu untuk melanjutkan perayaan Cap Go Meh, dan kami akan melaksanakannya dengan penuh semangat pada Sabtu ini,” ujarnya.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Kotamobagu melalui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotamobagu Anki Taurina Mokoginta terkait pelaksanaan cap go meh warga tionghoa di Kota Kotamobagu.

“Mereka (warga tionghoa) sudah sampaikan rencana dan lainnya terkait pelaksanaan festival cap go meh, dengan hari pelaksanaan Sabtu (24/02/2024) pekan ini,” ungkapnya.

Perlu diketahui, mengutip dari laman Binus University, Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien “Cap Go” yang berarti angka 15 dan “Meh” berarti malam. Dengan demikian Cap Go Meh dapat diterjemahkan sebagai festival pada tanggal 15 malam.

Dengan kata lain, Cap Go Meh dirayakan 15 hari setelah perayaan tahun baru Imlek. Atau hari ke-15 dalam kalender Lunar Cina.

Tahun 2024 ini perayaan Imlek jatuh pada Sabtu, 10 Februari 2024, maka perayaan Cap Go Meh akan dirayakan pada Sabtu, 24 Februari 2024.

Bagi Masyarakat Tionghoa, Cap Go Meh adalah penutup rangkaian Imlek sekaligus puncak perayaan Tahun Baru Cina. Karena itu, perayaan ini dilaksanakan pada tanggal 15, yang bertepatan dengan bulan purnama pertama di awal tahun itu.

Karena merupakan puncak acara Imlek, maka wajar jika perayaan Cap Go Meh digelar dengan meriah. Biasanya pada perayaan ini berbagai hiburan dan kuliner dihidangkan sebagai bagian festival ini.

Di antaranya seperti festival barongsai, lampion, pertunjukan seni, hingga aneka kuliner seperti kue keranjang, lontong, onde-onde dan lain sebagainya.

Dilansir dari Jurnal Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta yang berjudul “Nilai-nilai Tradisi Budaya Cap Go Meh pada Masyarakat Cina Benteng di Tangerang sebagai Sumber Pembelajaran di Sekolah”, istilah Cap Go Meh sendiri hanya ada di masyarakat Indonesia dan Malaysia. Di Negeri Tiongkok, perayaan ini lebih dikenal sebagai Festival Lampion (元宵節; Pinyin: yuánxiāo jié).

Mengapa Cap Go Meh identik dengan perayaan lampion atau lentera?

Mengutip dari laman Indonesia Travel oleh Kemenparekraf RI, dalam catatan sejarah, tradisi Cap Go Meh sudah ada sejak abad ke-17. Yakni pada masa pemerintahan Dinasti Han.

Kala itu para Biksu Buddha menggelar ritual untuk menghormati Dewa Thai Yi yang merupakan dewa tertinggi. Ritual ini diadakan dengan membawa sejumlah lentera di kalangan istana.

Pada masa Dinasti Han, ritual ini diadakan secara tertutup hanya oleh para raja dan keluarganya. Ketika masa pemerintahan Dinasti Han berakhir, perayaan inipun dirayakan secara luas oleh seluruh masyarakat umum dengan menggelar festival lampion setiap tanggal 15.

Sedangkan, Tahun Baru Imlek 2575 dengan shio Naga Kayu dipercaya akan membawa berkah bagi masyarakat, dan hal ini disambut dengan sukacita oleh Warga Tiong Hoa di Kota Kotamobagu yang sedang bersiap untuk merayakan Cap Go Meh dengan penuh kegembiraan.

Perayaan Cap Go Meh di Kota Kotamobagu diharapkan dapat menjadi momentum kebersamaan dan toleransi antar warga, serta menjadi ajang untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Tionghoa kepada masyarakat luas. (*/Mur)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini